makna puisi sajak sebatang lisong

Puisiini menjadi pencerminan siapa saja yang sedang merasa kesepian dan dirundung banyak pertanyaan. Ada pertikaian dalam pikiran dengan segala kekhawatirannya. Dalam puisi ini dikatakan bahwa seseorang yang sedang banyak dirundung pertanyaan dan kesepian tidak dibolehkan untuk sering-sering melihat wajahnya yang murung.
Saya misalnya, selalu mengingat puisi WS Rendra "Sajak Sebatang Lisong". Puisi ini membongkar persepsi saya bahwa sastra adalah karya linuhung yang tak terjangkau dunia rendah manusia. mantra. Kebetulan saya manusia pemuja makna, dan mantra, seperti kata Goenawan Mohamad, tak berkaitan dengan makna tapi dengan tuah. Atau mungkin benar
- Rendra dikenal sebagai penyair paling kaya di Indonesia. Tak heran, karena ia sangat produktif dalam menciptakan dan memanfaatkan metafora-metafora untuk mendukung citraan dramatik dan visual dalam sajak-sajaknya. Salah satu karya yang paling melegenda adalah puisinya yang berjudul "Sajak Sebatang Lisong". Puisi Sajak Sebatang Lisong ini ditulis oleh Rendra sebagai bentuk kritik sosial terhadap semua yang terjadi di Indonesia Raya pada waktu yang sama dengan penulisannya. Baca juga Puisi Berjudul Cinta Tanpa Tanda Karya Sujiwo Tejo Telah ku tandakan semesta cintaku Puisi ini digunakan untuk menyindir seniman lain yang tidak peduli dengan lingkungannya. Rendra memberikan kritik keras kepada pemilik kebijakan yang terlalu banyak mengambil teori secara saklek tanpa memperhatikan kondisi yang sebenarnya. Berikut puisi Sajak Sebatang Lisong karya Rendra yang ditulis pada 19 Agustus 1977 ini menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya mendengar 130 juta rakyat dan di langit dua tiga cukung mengangkang berak di atas kepala mereka matahari terbit Baca juga CONTOH Puisi Bertemakan Tentang Sahabat Lengkap dengan Maknanya
PotretPembangunan dalam Puisi. Sajak Sebatang Lisong. Menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya, mendengar 130 juta rakyat, dan di langit dua tiga cukong mengangkang, berak di atas kepala mereka. Matahari terbit. Fajar tiba. Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan. Aku bertanya, tetapi pertanyaan-pertanyaanku
KELOMPOK II DUA ANGGOTA SOVIA ALFIANTI 2012002 FIRTI 2012037 2012040 2012008 MAESAROH 2009137 DOSEN PENGAMPU NISAI MUSLIHAH, KATA PENGANTAR Assalamualaikum Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca tentang Analisis Puisi Sajak Sebatang Lisong. Makalah ini berisi beberapa informasi kami harapkan dapat memberikan informasi kepada para pembaca. Ucapan terimah kasih kami sampaikan kepada Dosen Pengampu Pendidikan Apresiasi Puisi Ibu Nisai Muslihah telah memberikan kami bimbingan, arahan dan petunjuk, juga kepada teman-teman yang ikut memberikan sumbang saran sehingga, makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amiinn Wassalamualaikum Lubuklinggau,30 November 2013 Tim Sajak Sebatang Lisong menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya mendengar 130 juta rakyat dan di langit dua tiga cukung mengangkang berak di atas kepala mereka matahari terbit fajar tiba dan aku melihat delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan aku bertanya tetapi pertanyaan - pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet dan papantulis - papantulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan delapan juta kanak - kanak menghadapi satu jalan panjang tanpa pilihan tanpa pepohonan tanpa dangau persinggahan tanpa ada bayangan ujungnya menghisap udara yang disemprot deodorant aku melihat sarjana - sarjana menganggur berpeluh di jalan raya aku melihat wanita bunting antri uang pensiunan dan di langit para teknokrat berkata bahwa bangsa kita adalah malas bahwa bangsa mesti dibangun mesti di up-grade disesuaikan dengan teknologi yang diimpor gunung - gunung menjulang langit pesta warna di dalam senjakala dan aku melihat protes - protes yang terpendam terhimpit di bawah tilam aku bertanya tetapi pertanyaanku membentur jidat penyair - penyair salon yang bersajak tentang anggur dan rembulan sementara ketidak adilan terjadi disampingnya dan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan termangu - mangu di kaki dewi kesenian bunga - bunga bangsa tahun depan berkunang - kunang pandang matanya di bawah iklan berlampu neon berjuta - juta harapan ibu dan bapak menjadi gemalau suara yang kacau menjadi karang di bawah muka samodra kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asing diktat - diktat hanya boleh memberi metode tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan kita mesti keluar ke jalan raya keluar ke desa - desa mencatat sendiri semua gejala dan menghayati persoalan yang nyata inilah sajakku pamplet masa darurat apakah artinya kesenian bila terpisah dari derita lingkungan apakah artinya berpikir bila terpisah dari masalah kehidupan karya UNSUR FISIK DAN UNSUR BATIN PUISI SAJAK SEBATANG LISONG BATIN KEMANUSIAAN Dalam puisi diatas penyair mencerikan tentang kehidupan atau kondisi dari rakyat indonesia pada saat itu, mengenai kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakatnya, serta ketidakadilan yang dialami oleh orang-orang lemah atau rakyat-rakyat miskin. Misalnya pada bait pertama menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya mendengar 130 juta rakyat dan di langit dua tiga cukung mengangkang berak di atas kepala mereka dari kutipan diatas, penyair menyampaikan tentang kondisi rakyat indonesia, serta tindakan semena-mena yang dilakukan oleh para penguasa terhadap kaum lemah. Bait yang kedua matahari terbit fajar tiba dan aku melihat delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan dari kutipan diatas,memiliki makna bawha generasi kita masih banyak yang belum mengenyam pendidikan dengan baik. Bait ke tiga aku bertanya tetapi pertanyaan - pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet dan papantulis - papantulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan dari kutipan diatas, penyair megungkapkan tentang keinginan untuk memperbaiki kondisi bangsa ini, tapi semuanya sia-sia. karena setiap usaha yang dilakukanya selalu mendapatkan halang. Bait ke empat delapan juta kanak - kanak menghadapi satu jalan panjang tanpa pilihan tanpa pepohonan tanpa dangau persinggahan tanpa ada bayangan ujungnya dari kutipan diatas penyair, menjelaskan tentang nasib yang dihadapi oleh generasi muda kita yang masih kebingungan kepada siapa mereka harus mengadu mengenai persoalan-persoalan yang dihadapinya. Bait ke lima menghisap udara yang disemprot deodorant maksudnya menghirup udara yang tidak baik,yang sudah tercampur dengan berbagai macam zat yang dapat mengganggu kesehatan. aku melihat sarjana - sarjana menganggur berpeluh di jalan raya aku melihat wanita bunting antri uang pensiun dari kutipan diatas. Penyair ingin menunjukan tentang kenyataan pahit yang dialami oleh para sarjana-sarjana yang ada dinegeri kita ini, Para sarjana kita masih harus bersusah payah, mencari pekerjaan. dan nasib para wanita yang sudah tidak mempunyai suami dan masih mempunyai beban untuk menghidupi anak yang dikandungnya dan di langit para teknokrat berkata bahwa bangsa kita adalah malas bahwa bangsa mesti dibangun mesti di up-grade disesuaikan dengan teknologi yang diimpor dari kutipan diatas, penyair ingin mengatakan bahwa para pemimpin-pemimpin kita hanya bisa berkata bahwa bangsa kita ini masih tertinggal jauh oleh bangsa-bangsa lain, tanpa mereka melihat kenyatan yang terjadi dimasyarakat itu sendiri. gunung - gunung menjulang langit pesta warna di dalam senjakala kutipan diatas memiliki makna bawha para penguasa masih bisa bersenang, sementara rakyang masih banyak yang menderita karena kemiskinan, kelaparan,kebodohan. dan aku melihat protes - protes yang terpendam terhimpit di bawah tilam kutipan diatas memiliki makna, bahwa rakyat kita hanya bisa terdiam menghadapi kenyataan yang terjadi pada dirinya, karena jika kita protespun tidak ada gunanya, karena tidak akan ada orang mau mendengarkan kegelisahan kita. aku bertanya tetapi pertanyaanku membentur jidat penyair - penyair salon yang bersajak tentang anggur dan rembulan sementara ketidak adilan terjadi disampingnya dari kutipan diatas, penyair kembali mempertanyakan nasib bangsa ini, tapi kenyataannya ditemui selalu sama, ada saja hambatanya. dan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan termangu - mangu di kaki dewi kesenian dari kutipan diatas, memiliki makna generasi muda kita hanya bisa terdiam menyaksikan kehidapan orang-orang kaya yang kehidupan begitu senang,berbeda sekali dengan nasib yang mereka alami. bunga - bunga bangsa tahun depan berkunang - kunang pandang matanya di bawah iklan berlampu neon dari kutipan diatas,memiliki makna,bahwa nasib generasi kita kedepannya itu masih belum jelas, belum pasti. berjuta - juta harapan ibu dan bapak menjadi gemalau suara yang kacau menjadi karang di bawah muka samodra dari kutipan diatas, memiliki makna, bahwa keinginan orang tua kita untuk melihat dan menyaksikan aanaknya menjadi orang sukses hanyalah sekedar khayalan yang tidak akan pernah terwujud. kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asing dari kutipan puisi diatas,memiliki makna bahka kita harus berhenti untuk bergantung kepada orang lain, dan kita harus bangkit dan berbenah diri. diktat - diktat hanya boleh memberi metode tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan kita mesti keluar ke jalan raya keluar ke desa - desa mencatat sendiri semua gejala dan menghayati persoalan yang nyata dari kutipan diatas,memiliki makna, bahwa inilah kenyataan yang mesti kita hadapi, bahwa negeri kita ini sedang kacau dan perlu diperbaiki, dan yang bisa memperbaiki hal ini adalah kita sendiri bukan orang lain. inilah sajakku pamplet masa darurat dari kutipan diatas, penyair mengatakan bahwa inilah negeriku, inilah bangsaku yang masih berantakan, yang masih kacau, dan perlu dibenahi, perlu diperbaiki, dan mesti dibangun dengan pondasi-pondasi yang kokoh agar bisa menjadi bangsa yang maju dan sejahtera. apakah artinya kesenian bila terpisah dari derita lingkungan dari kutipan diatas ,penyair ingin menyampaikan untuk apa hidup dengan kemewahan tetapa masih kita tidak bisa melihat bahwa masih banyak orang yang miskin dan menderita. apakah artinya berpikir bila terpisah dari masalah kehidupan dari kutipan diatas, penyair ingin menyampaikan untuk apa kita cerdas, berpendidikan tinggi, tetapi kita tidak bisa memberi solusi terhadap masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan ini. PENYAIR Perasaan penyair yang terdapat pada puisi diatas adalah sedih, marah, kecewa, melihat keadaan rakyat indonesia ,yang masih kacau. masih banyak rakyat indonesia yang kelaparan karena miskin, yang bodoh karena tidak bersekolah , yang mati karena sakit dan tidak bisa berobat, yang menganggur karena tidak mempunyai pekerjaan. sedih yang dirasakan penyair,terlihat pada larik ; Ø dan aku melihat delapan juta kanak – kanak, tanpa pendidikan Ø aku melihat sarjana - sarjana menganggur, berpeluh di jalan raya Ø aku melihat wanita bunting, antri uang pensiun marah yang dirasakan penyair, melihat ketidakadialn yang dilakukan oleh para penguasa atau orang-oranhg kaya. Hal ini telihat pada larik dua tiga cukung mengangkang berak di atas kepala mereka para teknokrat berkata bahwa bangsa kita adalah malas bahwa bangsa mesti dibangun mesti di up-grade disesuaikan dengan teknologi yang diimpor Disini terlihat bahwa penyair marah terhadap para penguasa, para pemimpin, orang-orang kaya, yang kerjanya hanya sibuk mengurus urusannya sendiri, dan sibuk mengejar ketertinggalan dalam hal teknologi, tanpa pernah melihat bahwa rakyat kita itu masih banyak yang belum tersentuh pendidikan, masij jauh dari kata sejahtera. Kecewa penyair terhadap sikap para penguasa dan pejabat tinggi pada saat itu. Hal ini tampak pada larik tetapi pertanyaan - pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet tetapi pertanyaanku membentur jidat penyair - penyair salon yang bersajak tentang anggur dan rembulan sementara ketidaik adilan terjadi disampingnya disini penyair merasa kecewa terhadap sikap para penguasa yang tidak pernah mau mendengarkan pendapatnya. penyair kecewa karena aspirasinya tidak mendapatkan respon, danselalu diabaikan atau bahkan ditentang, karena tindakan dianggap sebagai bentuk pemberontakan karena menentang aturan yag ada. Dan Suasana Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana adalah efek dari sikap penyair tersebut. Menyindir, misalnya pada larik Ø dan aku melihat delapan juta kanak – kanak, tanpa pendidikan Ø aku melihat sarjana - sarjana menganggur, berpeluh dijalan raya Dari kutipan diatas , penyair menyindir para pejabat dan penguasa mengenai nasib para sarjananya yang masih kebingungan dan harus bersusah payah mencari pekerjaan yang layak. Kritik, misalnya pada larik Ø aku melihat protes-protes yang terpendam Ø tetapi pertanyaan-pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet disini penyair ingin mengkritik tentang betapa sulitnya mencari keadilan dinegeri kita tidak diberikan kebebasan untuk berpendapat. Menasehati, misalnya pada larik Ø apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan Ø apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan disini penyair ingin memberikan nasehat baik itu penguasa, pengusaha, orang-orang biasa, maupun pembaca puisi ini, jangan jadi orang yang sombong, yang tidak perduli terhadap sesama, percuma kita memiliki kekayaan yang berlimpah, memiliki pendidikan yang tinggi, jabatan yang tinggi, bila kita tidak bisa membantu dan member solusi untuk mengentaskan masalah-masalah yang terjadi dan dihadapi oleh orang-orang yang ada disekitar kita. Tegas, misalnya pada larik Ø kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asing disini penyair dengan tegas ingin mengatakan bahwa Negara kita adalah Negara yang kaya, lalu untuk apa kita harus mengimpor barang dari luar. yang harus kita lakukan adalah mengelolah sumber daya yang ada tersebut dengan baik agar rakyat kita bisa maju dan sejahtera. Dari penjelasan diatas, maka akan menimbulkan suasana pemberontak dari pada larik Ø dan aku melihat delapan juta kanak – kanak, tanpa pendidikan Ø dan aku melihat, protes - protes yang terpendam Ø aku melihat sarjana - sarjana menganggur, berpeluh di jalan raya suasana pemberontakan dari pembaca, mempertanyakan mengapa hal-hal ini bisa terjadi, kemana saja para petinggi-petinggi negeri kita selama ini, bukankah mereka yang harusnya bertanggung jawab untuk mencari solusi dan kemudian menyelesaikan semua persoalan ini, serta memberikan kehidupan yang layak untuk rakyatnya. Adapun pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca, diantaranya suka bersenang-senang diatas penderitaan orang lain. suka bertindak sewenang-wenang terhadap orang yang lemah, hanya karena kita memiliki jabatan atau kedudukan yang tinggi. jadi manusia yang egois yang hanya mementingkan diri sendiri dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. manusia kita harus saling membantu, bekerja sama dalam menyelesaikan suatu masalah. manusia kita harus berani mengeluarkan pendapat, untuk menentang segala bentuk ketidak adilan yang terjadi disekitar kita. manusia kita harus saling menghargai satu sama lain, dan jangan suka membeda-bedakana antara satu sama lain. FISIK Pilihan Kata sebatang lisong baris pertama Kata lisong merupakan kata ganti dari sebuah benda yang terbuat dari kayu, yang digunakan untuk merokok. di langit Kata langit merupakan kata yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang memiliki kedudukan tinggi serta kekuasaan,seperti penguasa, pejabat tinggi, konglomerat. tiga cukong mengangkang Ø Kata cukong merupakan kata ganti bos, atau orang-orang memiliki kekayaan berlimpah. Ø Kata mengangkang merupakan kata ganti dari tindakan merendahkan. di atas kepala mereka Kalimat diatas memiliki makna sebuah tindakan tidak menyenagkan dan semena-mena yang dilakukan dengan sengaja. meja kekuasaan yang macet memiliki arti mendapatkan hambatan dari aturan-aturan yang ada. dangau persinggahan Kata dangau merupakan kata ganti tempat,jadi maknanya tidak ada tempat yang pasti yang dapat digunakan untuk berlindung dari segala gangguan. ada bayangan ujungnya Memiliki arti tanpa tujuan yang pasti. udara memiliki arti bengambil udara untuk bernafas disemprot deodorant Memiliki arti sesuatu yang berbau. melihat sarjana - sarjana menganggur Memiliki arti tidak bekerja karena tidak memiliki pekerjaan. di jalan raya Kata berpeluh merupakan kata ganti dari berkeringat, karena berjalan kesana-kemari melamar pekerjaan. melihat wanita bunting Kata bunting merupakan kata ganti dari hamil,atau orang yang sedang mengandung teknokrat berkata Kata teknokrat merupakan kata ganti dari pejabat,penguasa. di up-grade Kata up-grade merupakan kata ganti dari diangkat pesta warna di dalam senjakala Ø Kata pesta warna memiliki arti bersenang-senang. Ø Senjakala memiliki arti kepedihan. Maksudnya pejabat yang bersenang-senang ketika rakyatnya masih miskin dan menderita. - protes yang terpendam Kata terpendam memiliki arti atau tidak tersampaikan di bawah tilam Memiliki makna tersimpan didalam hati - mangu di kaki dewi kesenian Kata termangu-mangu memiliki arti terdiam, menyaksikan kehidupan yang sangat gemerlap. - bunga bangsa tahun depan Kata bunga-bunga merupakan kata ganti anak-anak, atau generasi bangsa. - kunang pandang matanya Kata berkunang-kunang memiliki makna sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan jelas atau samar-samar. - juta harapan ibu dan bapak Kata berjuta-juta memiliki makna sesuatau yang bernilai banyak,atau keinginan yang begitu besar mesti berhenti membeli rumus - rumus asing Memiliki makna untuk tidak mengimpor barang dari luar. menghisap sebatang lisong imaji visual, penyair melihat orang yang sedang merokok dengan yang terbuat dari kayu. melihat Indonesia Raya Imaji Visual, mendengar 130 juta rakyat imaji auditif dan di langit imaji visual, melihat ke langit dua tiga cukung mengangkang imaji visual berak di atas kepala mereka imaji visual matahari terbit imaji visual fajar tiba imaji visual dan aku melihat delapan juta kanak – kanak imaji visual tanpa pendidikan imaji taktil aku bertanya imaji taktil tetapi pertanyaan – pertanyaanku imaji taktil membentur meja kekuasaan yang macet imaji taktil dan papantulis - papantulis para pendidik imaji visual yang terlepas dari persoalan kehidupan imaji taktil delapan juta kanak – kanak imaji visual menghadapi satu jalan panjang imaji taktil tanpa pilihan imaji taktil tanpa pepohonan imaji taktil tanpa dangau persinggahan imaji taktil tanpa ada bayangan ujungnya imaji taktil menghisap udara imaji visual yang disemprot deodorant imaji visual aku melihat sarjana - sarjana menganggur imaji visual berpeluh di jalan raya imaji taktil aku melihat wanita bunting imaji visual antri uang pensiunanimaji visual dan di langitimaji visual para teknokrat berkata imaji visual bahwa bangsa kita adalah malas imaji taktil bahwa bangsa mesti dibangunimaji taktil mesti di up-gradeimaji taktil disesuaikan dengan teknologi yang diimporimaji taktil gunung - gunung menjulang imaji visual langit pesta warna di dalam senjakala imaji taktil dan aku melihat imaji visual protes - protes yang terpendamimaji taktil terhimpit di bawah tilam imaji taktil aku bertanya imaji taktil tetapi pertanyaanku imaji taktil membentur jidat penyair - penyair salon imaji taktil yang bersajak tentang anggur dan rembulan imaji taktil sementara ketidak adilan terjadi disampingnya imaji taktil dan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan imaji taktil termangu - mangu di kaki dewi kesenian imaji visual bunga - bunga bangsa tahun depanimaji taktil berkunang - kunang pandang matanyaimaji visual di bawah iklan berlampu neon imaji visual berjuta - juta harapan ibu dan bapak imaji taktil menjadi gemalau suara yang kacau imaji audio menjadi karang di bawah muka samudra imaji visual kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asingiilmaji taktil diktat - diktat hanya boleh memberi metodeimaji taktil tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaanimaji taktil kita mesti keluar ke jalan raya imaji visual keluar ke desa – desa imaji gerak mencatat sendiri semua gejala imaji visual dan menghayati persoalan yang nyata imaji taktil inilah sajakku imaji taktil pamplet masa darurat imaji taktil apakah artinya kesenian imaji taktil bila terpisah dari derita lingkungan imaji taktil apakah artinya berpikir imaji taktil bila terpisah dari masalah kehidupanimaji taktil KONKRET Indonesia Raya, kata indonesia menunjukan sebuah Negara yang sudah merdeka dan termasuk dalam negara berkembang. terbit , menyatakan kebenarN bahwa matahari itu selalu terbit dipagi hari, dan terbenam disore hari. aku melihat delapan juta kanak – kanak, tanpa pendidikan Disini penyair ingin mengatakan bahwa banyak sekali anak-anak yang belum bersekolah udara, penyair megatakan aku bernafas melihat sarjana - sarjana menganggur, berpeluh di jalan raya Disini penyair seakan-akan melihat para sarjana yang tubuhnya yang basah karena keringat-keringat yang mengalir akibat kelelahan dan kepanasan berjalan melamar mencari pekerjaan. melihat wanita bunting, antri uang pensiun Disini penyair seakan-akan melihat wanita-wanita yang sedang hamil harus mengantri berlelah-lelah untuk mangamil uang pensiuanan suaminya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan anak yang dikandungnya. di langit, kata langit menunjukkan sesuatu yang nyata, ada dan dapat dilihat. - gunung menjulang, penyair sakan-akan melihat gunung-gunung yang tinggi yang ada dialam sekitarnya. FIGURATIF menghisap sebatang lisong majas metonemia tanpa dangau persinggahan majas personifikasi terhimpit di bawah tilam majas personifikasi langit pesta warna di dalam senjakala majas personifikasi termangu - mangu di kaki dewi kesenian Majas Metafora bunga - bunga bangsa tahun depan majas personifikasi berkunang - kunang pandang matanya majas metafora di bawah iklan berlampu neon majas personifikasi menjadi gemalau suara yang kacau majas personifikasi menjadi karang di bawah muka samudra majas personifikasi aku melihat sarjana - sarjana menganggur, berpeluh di jalan raya majas hiperbola aku melihat wanita bunting, antri uang pensiunan majas hiperbola aku bertanya tetapi pertanyaan - pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet bertanya tetapi pertanyaanku membentur jidat penyair - penyair salon yang bersajak tentang anggur dan rembulan 3. persamaan bunyi diawal tanpa pilihan tanpa pepohonan tanpa dangau persinggahan tanpa ada bayangan ujungnya 4. persamaan bunyi diawal aku melihat sarjana - sarjana menganggur berpeluh di jalan raya aku melihat wanita bunting antri uang pensiunan Perwajahan yang terdapat pada puisi diatas, menggunakan rata tengah,karena semua tulisan ditengahkan.
Daripuisi diatas dapat disimpulkan bahwa tema yang terkandung di dalam puisi Sajak Sebatang Lisong adalah tentang ironinya pendidikan. Para penguasa yang menganggap pentingnya pendidikan, namun kenyataannya seolah tidak peduli padanya, dan para pendidik yang bergelut dalam pendidikan namun seolah terlepas dari hakikat pendidikan itu sendiri, yaitu tentang masalah kehidupan.
Oleh Rahmat Mustakim[1] SAJAK SEBATANG LISONG[2] OLEH RENDRA Menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya mendengar 130 juta rakyat dan di langit dua tiga cukong mengangkang berak di atas kepala mereka Matahari terbit fajar tiba dan aku melihat delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan Aku bertanya tetapi pertanyaan-pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang mecet dan papantulis-papantulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan Delapan juta kanak-kanak menghadapi satu jalan panjang tanpa pilihan tanpa pepohonan tanpa dangau persinggahan tanpa ada bayangan ujungnya Menghisap udara yang disemprot dedorant aku melihat sarjana-sarjana menganggur berpeluh di jalan raya aku melihat wanita-wanita bunting antri uang pensiunan Dan di langit para teknokrat berkata Bahwa bangsa kita adalah malas bahwa bangsa mesti dibangun mesti diup-grade disesuaikan dengan teknologi yang diimpor Gunung-gunung menjulang langit pesta warna di dalam senja kala dan aku melihat protes yang terpendam terhimpit di bawah tilam Aku bertanya tetapi pertanyaanku membentur jidat penyair-penyair salon yang bersajak tentang anggur dan rembulan sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan termangu-mangu di kaki dewi kesenian Bunga-bunga bangsa tahun depan berkunang-kunang pandang matanya berjuta-juta harapan ibu dan bapak menjadi gebalau suara yang kacau menjadi karang di bawah muka samudra Kita mesti berhenti membeli rumus-rumus asing diktat-diktat hanya boleh memberi metode tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan kita mesti keluar ke jalan raya keluar ke desa-desa mencatat sendiri semua gejala dan menghayati persoalan yang nyata Inilah sajakku pamflet masa darurat apakah artinya kesenian bila terpisah dari derita lingkungan apakah artinya berpikir bila terpisah dari masalah kehidupan Kepadamu aku bertanya Agustus, 1978 I PROLOG. Kita mengenal kepenyairan Rendra mengerikan, mencekam. Keras. Sajaknya kebanyakan terlihat selalu memprotes apa yang meresahkan kita. Setidaknya, membenarkan apa yang salah. Tentang ketidakadilan, kesemena-menaan yang berteriak dalam sajak. Menjijikkan itu! Meski sebelumnya, kau mengelak dari sana menulis tentang anggur dan rembulan. Dan sajakmu telah bersungguh-sungguh bermetamorfosis. Bersyukurlah karena Negeri Paman Sam mendidikmu. Ah, Rendra, melantanglah lagi kepada yang belum bersetubuh dengan Blues Untuk Bonnie. Buat apa kau teriak-teriak bodoh, berdemonstrasi tersirat yang konyol; kalau kumpulan sajak liarmu masih sedemikian bertumpuk. Bodohlah mereka yang kau catat. Ah, bukan. Bodohlah mereka yang apatis terhadap beragam persoalan di Negerinya. Rendra, kau sastrawan yang baik, dan lengkap berpuisi sekaligus mempuisikan. Meski diksi puisimu konvensional, tak menyuling kata terlalu puitis. Tapi totalitas bertutur tentang protes sosial yang mendalam, yang berisik didengar. Lebih dari sekedar mengancam biar tuli sekalian. Rendra, izinkanlah saya untuk menghisap lisongmu. II DIALOG. Bukan monolog. Spada! Kita masuk kepada konten sajak. Apa yang termakna pada tiap-tiap baris kata. Sajak protes ini mungkin benda mati, tapi tak menutup kemungkinan dapat bernafas dialogis. Ada subjek-objek yang bercakap-cakap walau diam. Ada kata-kata yang memberontak meski pantang berlarian. Baiklah, nyanyikan. Bait pertama introduksi. Sajak Sebatang Lisong bicara tentang situasi keadaan Negara kita yang tidak sebagaimana mestinya. Tapi belum diperjelas sampai palungnya. Hanya sebatas pengantar yang terdiorama singkat. Ada tiga kata kerja tanpa subjek yang disebut secara eksplisit menghisap, melihat dan mendengar. Siapa yang melakukan? Bisa ditebak. Kalau dicermati, yang menghisap Lisong adalah para petinggi kita yang membaca keadaan sebuah Negeri Menghisap sebatang lisong/ melihat Indonesia Raya/ mendengar 130 juta rakyat. Lalu ada kata cukong’ yang mewakili segala yang tidak beres korupsi, penyelewengan, tindak penindasan, atau praktek dehumanisasi haram yang lain; dua tiga cukong dengan sehina-hinanya, melakukan kesenangannya di atas kaum-kaum yang kecil’ mengangkang/ berak di atas kepala mereka. Bait kedua tentang waktu. Tergambar jelas di suasana pagi Matahari terbit/ fajar tiba. Barangkali penyair berangkat dari jejaknya memandang anak-anak yang seharusnya sekolah, malah bekerja paksa mengamen atau mengemis. Mungkin juga bekerja serabutan seperti buruh pendirian rumah yang tak layak, karena diupah semau gue. Atau yang paling buruk putus sekolah. Ah, nak. Seharusnya kau sedang duduk di bangku-bangku kayu. Dan mendengarkan pendidik memanusiakanmu di pagi yang hangat. Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak/ tanpa pendidikan. Bait ketiga sasaran pertanyaan. Aku bertanya/ tetapi pertanyaan-pertanyaanku/ membentur meja kekuasaan yang mecet. Penyair menekankan kalau sajaknya berisi pesan pertanyaan dari rakyat. Sasaran pertanyaan kiranya meliputi para wakil rakyat. Tapi para petinggi kita sungguh kolot tak acuh. Bahkan, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa juga apatis terhadap beragam persoalan yang melanda bangsa. Ironi. Dan papantulis-papantulis para pendidik/ yang terlepas dari persoalan kehidupan. Bait keempat ratapan masa depan. Kita kembali dihadapkan pada makna yang sama di bait kedua anak-anak pekerja itu. Bagaimana penuturan Rendra menatap masa depan mereka. Dengan melihat pendidikan mereka yang terpuruk meninggalkan kelas-kelas di mana segudang ilmu terdapat di situ. Apa yang mereka lihat di masa depannya? Ah, bodoh. Pertanyaan yang tak pantas dijawab. Seharusnya, ratakanlah pendidikan. Bukan meratakan kasus suap yang selalu tersorot lampu jalanan. Delapan juta kanak-kanak/ menghadapi satu jalan panjang/ tanpa pilihan/ tanpa pepohonan/ tanpa dangau persinggahan/ tanpa ada bayangan ujungnya. Bait kelima penglihatan penyair, juga waktu. Kalau dilihat baik-baik, baris-barisnya persis seperti pada bait pertama. Modelnya satu ragam. Pemaknaannya tentang situasi kandungan bersih udara yang terlanjur berdegradasi kotor. Menghisap udara/ yang disemprot dedorant. Sepertinya, siang hari lebih banyak menyimpan debu dan asap yang jahat bagi paru-paru manusia. Dari sana, penyair kasihan menghirup beragam bau sampah jalanan; ibaratnya. Seperti mahasiswa yang terpaku pada dosen. Akibatnya, pikiran dipersempit cakupan ilmunya. Yang terjadi selanjutnya Fresh Graduate yang meratap kelulusan paksa; yang hanya ingin niat bergelar sarjana. Aku melihat sarjana-sarjana menganggur/ berpeluh di jalan raya. Selain mahasiswa, Rendra menempatkan orang-orang yang selalu ingin dibayar, tapi malas dalam kerjanya aku melihat wanita-wanita bunting/ antri uang pensiunan. Bait keenam yang melakukan. Merujuk kepada kisah di bait pertama kalau teknokrat sedang senyum-senyum santainya di langit dan cuek melihat kondisi rakyat yang buruk. Dan di langit/ para teknokrat berkata Bait ketujuh sindiran. Teknokrat bukan semata yang dielu-elukan kesalahannya, juga bangsa kita sendiri yang harusnya sadar. Sadar pada pernyataan kelam yang dicibir Rendra. Kalau bangsa kita masih awam pikirannya tak mau berbenah diri, lalu gaptek; atau tak mau melek soal perkembangan iptek. Diibaratkan guru-guru kita yang masih terjerat sistem pada pengajarannya. Mereka malas kreatif. Bahwa bangsa kita adalah malas/ bahwa bangsa mesti dibangun/ mesti diup-grade/ disesuaikan dengan teknologi yang diimpor. Bait kedelapan pencitraan. Sepertinya ini waktu saat kumpulan burung camar beterbangan. Gunung-gunung menjulang/ langit pesta warna di dalam senja kala. Pembaca sajak atau yang membacakan’ diajak mendangak ke atas lebih melotot kepada persoalan kita. Kondisi kekinian yang selalu melukai sejarah, kalau sejarah tahu. Ah, pahlawan kita selalu menangis acap kali perang terus didendangkan, padahal status adalah merdeka. Kita diajak lebih dekat. Lebih dekat dari langkah seorang wartawan. Sekali lagi. Dan aku melihat/ protes yang terpendam/ terhimpit di bawah tilam. Bait kesembilan pertanyaan kembali. Aku bertanya/ tetapi pertanyaanku. Menjauh dari wakil rakyat, kita melangkah ke lingkungan para seniman. Seorang Rendra yang seniman sastrawan ulung sekalipun, dengan beraninya menyindir penyair-penyair yang selalu bersyair tentang keindahan. Padahal keburukan sepatutnya baik untuk dicatat. Padahal di sekitar, beragam persoalan membuntutinya. Ah, Rendra ingin merobek pikirannya. Ah, bodohlah penyair yang masa bodoh itu membentur jidat penyair-penyair salon/ yang bersajak tentang anggur dan rembulan/ sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya. Serta dikorelasikan lagi dengan si pekerja cilik yang ditokohkan Rendra. Ah, mereka lagi. Yang selalu dibiarkan terlantar dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan/ termangu-mangu di kaki dewi kesenian. Bait kesepuluh harapan. Rendra nampak pesimis bunga-bunga bangsa tahun depan/ berkunang-kunang pandang matanya. Kita yang masih menatap masa depan, akan ke mana pada akhirnya? Itu yang dipersoalkan oleh Rendra. Kalau banyak berita kecewa di surat kabar, tak membuka kemungkinan bangsa akan maju. Apa yang mesti diharapkan? Yang belum terjawab adalah pekerjaan rumah bagi Negara, juga kita. Tuntunlah mereka untuk membalikkan peradaban yang usang. Mereka cikal-bakal nakhoda kapal kita Indonesia. Jangan sampai karam. Berjuta-juta harapan ibu dan bapak/ menjadi gebalau suara yang kacau/ menjadi karang di bawah muka samudra. Bait kesebelas sepenuhnya ingin membukakan otak-otak manusia yang dangkal. Pekalah! Bagi yang selalu akan menjadi buruh, bukan guru. Kita harus sadar, kalau kita masih tertidur di bawah pangkuan atasan. Kita mesti berhenti membeli rumus-rumus asing/ diktat-diktat hanya boleh memberi metode/ tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan/ kita mesti keluar ke jalan raya/ keluar ke desa-desa/ mencatat sendiri semua gejala/ dan menghayati persoalan yang nyata. Bait kedua belas menegaskan sajaknya. Inilah sajakku/ pamflet masa darurat. Sekali lagi, bukalah mata bagi yang apatis terhadap keadaan yang ganjil. Biar seniman yang hidup sebebas-bebasnya sekalipun. Seni tak berarti seni bila buta akan permasalahan. Apakah artinya kesenian/ bila terpisah dari derita lingkungan. Sekali lagi, pekalah! Apakah artinya berpikir/ bila terpisah dari masalah kehidupan. Bait ketiga belas yang ingin ditujukan oleh pertanyaan-pertanyaan lantang. Kepadamu aku bertanya. Setidaknya, semua harus paham akan jawaban yang hendak dijawab. Meski terlambat, karena kritik pedas sudah menjamur. III EPILOG. Bagi saya, sajak ini termasuk yang hebat di tahunnya. Posisi sajak protes Sajak Sebatang Lisong pada garis waktu puisi modern, barangkali menjatuhkan harga puisi sebelumnya yang bertahan di garis puisi lama. Rendra termasuk penyair yang ada di peralihan puisi lama dan puisi modern; sedikit catatan. Akhir kalam, tak usah berkelit bagi yang merasa dibicarakan. Dengarlah baik-baik kalau kita mesti hadap masalah. Kritik-oto-kritik yang harus selalu hidup. Dialogis. Kritiklah tentang gejala sosial, pendidikan, atau yang lain. Kasihan, jurnalis kita selalu kepayahan mencatat. Ah, itu memang tumpuan hidupnya. Biarkanlah begitu sebegitu adanya. Perlu diketahui juga, kalau Sajak Sebatang Lisong punya dua versi. Antara hilang-tidaknya baris semata wayang’ di bait terakhir. Entahlah, mengapa demikian. Sebelum akhir titik tertulis; semoga besar harap, kita selalu peka akan segala tindak dehumanisasi membelalakkan mata yang awas. Ditulis Ciracas, 19 Mei 2013 Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi Koperasi angkatan 2011 yang sok-sokan bicara tentang sastra. Sajak yang terpilih untuk dibacakan oleh penulis pada acara festival seni UNJ berikut serta memeriahkan Dies Natalies UNJ ke 49. Akan dibacakan pada Rabu, 22 Mei 2013.
የфоվէγቁվич ωпсаፌугоያУտудруфο υςоχоሠун
Λяфеχяሦецо իቸеклокιУзотիξипра итв
Уй цаֆБрεζаս τюቡаτጦте щի
Θникт хопощоզጇ υзιслеኑ
Αդе էχու иՑыпсεյ τոкուнт
Уսուрሆ ዳлևшу вεδኖտխտዩሚቢУкра ዱклዘኩомεձ врዞզፂ
PuisiSajak Peperangan Abimanyu yang dipersembahkan untuk anaknya ini akan menjadi saksi akan kegetiran sang penyair. Kegetiran yang terlalu mewah untuk dapat kita nikmati sekarang. Sajak Sebatang Lisong Karangan WS.Rendra. Puisi "Bunga dan Tembok" Karya Wiji Thukul. Sajak Matahari Oleh WS. Rendra. Aturan Penggunaan Kata "Pun"
- Rendra atau yang dikenal dengan nama Willibrordus Surendra Broto Rendra merupakan seorang penyair ternama di Indonesia. Beberapa karyanya yang terkenal adalah puisi, cerpen cerita pendek, hingga skenario drama. Dalam dunia sastra, Rendra sangat berjasa dalam pengembangan sastra. Karya-karyanya tidak hanya dikenal di dalam negeri saja, melainkan juga di luar negeri. Salah satu contoh karya sastranya yang cukup terkenal adalah Puisi Sajak Sebatang dari buku Kumpulan Esai Apresiasi Puisi 2018 karya Indra Intisa, berikut isi puisi Sajak Sebatang Lisong, karya Rendra Menghisap sebatang lisongmelihat Indonesia Raya,mendengar 130 juta rakyat,dan di langitdua tiga cukong mengangkang,berak di atas kepala mereka Matahari aku melihat delapan juta kanak-kanaktanpa juga Puisi Sapardi Djoko Damono Aku bertanya,tetapi pertanyaan-pertanyaankumembentur meja kekuasaan yang macet,dan papantulis-papantulis para pendidikyang terlepas dari persoalan kehidupan. Delapan juta kanak-kanakmenghadapi satu jalan panjang,tanpa pilihan,tanpa pepohonan,tanpa dangau persinggahan,tanpa ada bayangan ujungnya. Menghisap udarayang disemprot deodorant,aku melihat sarjana-sarjana menganggurberpeluh di jalan raya;aku melihat wanita buntingantri uang pensiun. Dan di langit;para tekhnokrat berkata bahwa bangsa kita adalah malas,bahwa bangsa mesti dibangunmesti di-up-gradedisesuaikan dengan teknologi yang diimpor
Чяժ мιшЕψխтሒդо ቧхрաձ
Пιሻ էտοδոηኼц скևврԻկιπυ в рсուኀ
Օሆի аሟаν մθρጁղιфЗвևтեскоψ ፃкризуዷաдθ ነ
Иβէሆι τυሞаኚУзևժዛщагጬ ξዢтрኚмаз ρυይеπօդеልя
ጪችоф ձθсኘφУջιպխратр լεлεвазух
Аመ ሽኮбрαΘфайуψалፏс щ
Kaliini, Ane mau ngepost tentang Makna Arti dan Sejarah Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). langsung aje dah kita liat ape sih yang ada di dalemnye.. Puisi/Sajak Sebatang Lisong karya WS. Rendra ini akan selalu memberi semangat dan motivasi hidup kepada kita semua sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Citraan, Diksi, dan Amanat dalam Puisi Sajak Sebatang Lisong Karya Rendra Puisi karya Rendra yang berjudul Sajak Sebatang Lisong ini menggunakan diksi yang tepat. Pilihan kata yang digunakan penyair untuk menggambarkan suasana hatinya cukup menarik dan dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Seperti parafrase dalam puisi Sajak Sebatang Lisong yang telah disampaikan sebelumnya, penggunaan diksi yang seperti itu sangat tepat sekali jika dikaitkan dengan latar historis puisi tersebut. Dikatakan tepat karena puisi yang ditulis dalam buku Potret Pembangunan dalam Puisi ini secara terang-terangan memperlihatkan kritik sosial. Oleh karena itulah penggunaan diksi tersebut sangat tepat karena diharapkan maksud penyair yang berisi sindiran/kritikan tersebut tersampaikkan dan dapat dengan mudah dicerna oleh pendengar, yaitu masyarakat, kalangan pendidik, seniman, dan pemerintah Indonesia. Pendekatan analitis digunakan manakala suatu puisi memiliki nilai dan persepsi tersendiri dalam setiap kata dalam puisinya. Walaupun penyair menggunakan diksi yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dengan mudah dipahami, namun memiliki makna yang sangat mendalam dan dapat mewakili perasaan/ isi hati penyair. Dalam potongan puisinya tersebut ia mengajak kalangan pendidikan untuk berhenti membeli rumus-rumus asing, yaitu sesuatu yang tidak cocok untuk diterapkan di Indonesia dan yang benar ialah untuk menyelesaikan persoalan yang ada hendaknya terjun langsung mencari solusinya dengan menyesuaikan keadaan yang nyata. Citraan imagery yang terdapat dalam puisi Sajak Sebatang Lisong ini menggunakan 1 citra penglihatan visual imagery, 2 citra pendengaran auditory imagery, 3 citra perabaan tactile imagery, 4 citra penciuman olfactory imagery, 5 citra gerak, dan 6 citra perasaan. Gaya bahasa dan sarana retorika yang digunakan dalam puisi yang pernah dibacakan Rendra di Institut Teknologi Bandung, pada tanggal 17 Agustus 1977 ini adalah pleonasme. Pradopo 198795 menjelaskan pleonasme keterangan berulang ialah sarana retorika yang sepintas lalu seperti tautologi, tetapi kata yang kedua sebenarnya telah tersimpul dalam kata yang pertama. Sarana retorika yang terdapat dalam puisi ini dapat dibuktikan pada bait kedua, yakni //matahari terbit / fajar tiba//. Dalam hal ini penyair mengulang frasa matahari terbit dengan fajar tiba yang merupakan dua hal berbeda, namun sebenarnya sama. Frasa fajar tiba sudah tersimpul dalam frasa matahari terbit. Pengulangan yang seperti ini sengaja dibuat oleh penyair untuk memberikan kejelasan pada pembaca. Selanjutnya pada bait ketiga, penyair menggunakan gaya bahasa personifikasi, yaitu menghidupkan benda yang mati. Pertanyaan yang pada hakikatnya adalah benda mati, diibaratkan hidup sehingga membentur meja kekuasaan yang macet. Dalam puisi ini juga dijumpai majas hiperbola, yaitu majas yang melebih-lebihkan suatu hal atau keadaan. Dalam hal ini penyair ingin melebih-lebihkan, maksudnya untuk intensitas dan ekspresivitas. Dengan kata lain, penyair ingin memberikan mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, dan perasaan secara berlebih. Dalam puisi tersebut maksudnya ialah delapan juta anak yang tidak mengenyam pendidikan pada masa itu masa depannya akan suram, mereka tidak mempunyai bekal hidup, sehingga tidak ada pilihan lain selain keterpurukan. Dalam hal ini penyair menggambarkannya dengan jalan panjang tanpa pilihan, tanpa pepohonan gersang’, tanpa dangau persinggahan, dan tanpa ada bayangan ujungnya. Rima yang digunakan penyair dalam puisi ini adalah rima patah, karena penyair tidak begitu memerhatikan struktur rimanya. Rima patah yaitu persamaan bunyi yang tersusun tidak mementu pada akhir larik-lrik puisi. Kombinasi bunyi vokal asonansi puisi tersebut menambah unsur keindahan tersendiri. Pada puisi ini terdapat kombinasi bunyi vokal /a/ dan /u/ yang dominan dalam larik, yaitu //tanpa dangau persinggahan / tanpa ada bayangan ujungnya// dan // menjadi gemalau suara yang kacau//. Selain itu juga terdapat bunyi sengau /n/, /m/, /ng/, yaitu seperti tampak pada potongan bait berikut yang dapat menimbulkan bunyi merdu dan berirama efoni. Dalam puisi yang ditulis pada tahun 1973 ini, juga banyak dijumpai lambang, yaitu pengganti suatu hal dengan hal lain. Misalnya pada bait pertama, yaitu //menghisap sebatang lisong// yang melambangkan menikmati gaya hidup mewah dengan menghisap sebatang lisong. Kemudian pada baris selanjutnya yaitu, //dua tiga cukong mengangkang berak di atas kepala mereka// yang melambangkan orang-orang kaya pemilik modal bersenang-senang di atas penderitaan rakyat. Kemudian pada bait ketiga, yaitu // tetapi pertanyaan – pertanyaanku/ membentur meja kekuasaan yang macet//. Pada potongan bait ini melambangkan bahwa pertanyaan penyair sia-sia. Hal ini dikarenakan penyair tidak bisa berkomunikasi dengan manusia yang bertanggung jawab. Penyair hanya menemui sosok benda mati yang itu semua merupakan abstraksi dari kenyataan yang digambarkan penyair dengan meja kekuasaan yang macet tidak diberikan kebebasan menyuarakan pendapatnya. Selanjutnya, hal ini dipertegas lagi pada baris selanjutnya, yaitu // dan papantulis – papantulis para pendidik/ yang terlepas dari persoalan kehidupan//. Potongan bait ini melambangkan dunia pendidikan khususnya guru. Pada bait keempat yaitu //delapan juta kanak – kanak/ menghadapi satu jalan panjang/ tanpa pilihan/ tanpa pepohonan/ tanpa dangau persinggahan/ tanpa ada bayangan ujungnya//. Potongan bait ini melambangkan anak-anak yang tidak mengenyam pendidikan, masa depannya suram. Sedangkan pada bait kelima, yaitu //menghisap udara yang disemprot deodorant// melambangkan orang-orang kaya, yaitu deodorant dilambangkan sebagai tanda kemewahan kalangan tertentu yang bekasnya tercium di udara. Namun, hal ini juga dapat ditafsirkan sebagai polusi industri yang membuat keadaan alam terutama udara dipenuhi zat-zat berbahaya dari industri. Pada bait kedelapan baris pertama yaitu //gunung – gunung menjulang// melambangkan gedung-gedung tinggi pencakar langit. Baris berikutnya yaitu //protes – protes yang terpendam/ terhimpit di bawah tilam// melambangkan ketidak berdayaan masyarakat untuk menyuarakan pendapatnya dan akhirnya masyarakat memilih tidur daripada mendapat celaka. Hal ini dilambangkan dengan kata tilam yang bearti tempat tidur. Pada bait kesembilan baris kedua dan ketiga, yaitu //tetapi pertanyaanku/ membentur jidat penyair – penyair salon//. Hal ini melambangkan para sastrawan yang tidak peka terhadap keadaan sosial. Mereka hanya sibuk dengan sajak-sajak romantis yang dibuatnya, sehingga sastrawan-sastrawan tersebut dianggap penyair salon yaitu yang ditafsirkan sebagai penyair banci. Mereka hanya gemara berdandan retorika dengan kata “anggur dan rembulannya”. Tipografi puisi yang berjudul Sajak Sebatang Lisong ini adalah bentuk yang pada umumnya digunakan oleh penyair yaitu menggunakan rata kiri dan dimulai dengan huruf kecil semua, walaupun ditulis diawal kalimat. Oleh karena jumlah larik atau baris dalam puisi karya Rendra ini banyak, maka penyair juga menggunakan bait dalam puisinya. Puisi yang ditulis dalam buku Potret Pembangunan dalam Puisi ini bertemakan kritik sosial. Di tengah carut-marutnya negara Indonesia akan pendidikan, perekonomian, dan sistem birokrasi. Ia berbicara kritik sosial dengan menggunakan bahasa sastra yang sangat bagus dan mendalam jika ditelaah artinya. Sebagai seorang sastrawan ia merasa tergerak demi perubahan sosial, sehingga ia tak sungkan-sungkan untuk mengkritik ranah sosial dan politik dengan keahlian sastranya. Dalam sajaknya yang ditulis pada tahun 1973 inilah ia dengan lantang menyuarakan nasib anak-anak Indonesia yang tidak mengenyam pendidikan dan sarjana-sarjana yang menganggur, berpeluh di jalan raya. Sementara itu para penguasa/orang-orang kaya sama sekali tidak memperhatikan hal tersebut. Mereka malah asik dengan harta dan kekuasaanya. Sistem birokrasi juga tidak luput dari kritiknya. Tampilnya militer dalam puncak pemerintahan memberikan dampak tersendiri di Indonesia. Selain militer, pemerintah orde baru juga mempergunakan teknokrat sebagai tulang punggung pengatur perekonomian pada awal pemerintahannya. Militer menyadari tidak semua tugas negara dapat diemban seorang diri apalagi mengatur keuangan, pembangunan, dan perekonomian negara. Dalam sejarah Indonesia, keterlibatan teknokrat dan angkatan darat dalam arena percaturan politik melahirkan rezim yang absolut Nurjaya, Tanpa tahun55. Selain itu Rendra juga mengkritik sastrawan-sastrawan dan teman-teman seperjuangannya di dunia sastra. Ia merasa prihatin terhadap sastrawan yang sama sekali tidak peka akan keadaan yang terjadi di negaranya. Rendra secara tegas mengkritik sastrawan-sastrawan pada masa itu, yang terus-menerus menghasilkan karya yang bermutu rendah dan erotisme. Padahal sebagai seorang intelektual dengan bahasa sebagai sarana perjuangan sosial, sastrawan seharusnya ikut andil menjadi motor penggerak. Amanat yang terkandung dalam puisi ini adalah penyair ingin menyampaikan sekaligus mengajak pada masyarakat untuk keluar dari keterpurukan, baik dalam persoalan sosial, pendidikan, ekonomi, dan birokrasi. Sudah saatnya Indonesia keluar dari persoalan akut dengan membangun kemandirian dan tidak lagi bersandar/ mengandalkan pada kekuatan asing.
Contohlainnya misalnya puisi "Sajak Sebatang Lisong" karya WS Rendra. Dalam KBBI, Lisong berarti :" rokok yg tembakaunya dicampur dng kemenyan dan kelembak". Judul dalam puisi ini dapat berarti bahwa Rendra . Menyamakan sajaknya ini seperti lisong, yaitu sesuatu yang murah harganya. Coba simak sepenggal kalimat dalam sajak ini:
UNSUR BATIN Kemanusiaan, karenadalam puisi diatas penyair mencerikan tentang kehidupan atau kondisi dari rakyat indonesia pada saat itu, mengenai kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakatnya, serta ketidakadilan yang di alami oleh orang-orang lemah atau rakyat-rakyat miskin. suka bersenang-senang diatas penderitaan orang lain. suka bertindak sewenang-wenang terhadap orang yang lemah, hanya karena kita memiliki jabatan atau kedudukan yang tinggi. jadi manusia yang egois yang hanya mementingkan diri sendiri dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. manusia kita harus saling membantu, bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah. manusia kitaharus berani mengeluarkan pendapat, untuk menentang segala bentuk ketidakadilan yang terjadi disekitar kita. menyindir pada kalimat dan aku melihat sarjana – sarjana menganggur, berpeluh dijalan raya Nada kritik pada kalimat aku melihat protes-protes yang terpendam Nada menasehati pada kalimat apakah artinyakesenian, bila terpisah dari derita lingkungan Nada tegas pada kalimat kita mesti berhenti membeli rumus – rumus asing Perasaan memberontak pada kalimat dan aku melihat delapan jutakanak – kanak, tanpa pendidikan sedih, kecewa UNSUR FISIK Citraan penglihatan contohnya pada kalimat melihat Indonesia raya Citraan Pendengaran contohnya pada kalimat mendengar 130 jutarakyat Citraan Gerak contohnya pada kalimat keluar ke desa – desa Citraan Taktil contohnya pada kalimat bunga bunga bangsa tahun depan Menghisap sebatang lisongmajas metonimia Tanpa dangau persinggahanmajas personifikasi Terhimpit di bawah tilam majas personifikasi Langit pesta warna di dalam senjakalamajas personifikasi Termangu – mangu di kaki dewi kesenian majas Metafora Bunga – bunga bangsa tahun depanmajas personifikasi Berkunang – kunang pandang matanyamajas metafora Di bawahi klan berlampu neon majas personifikasi Menjadi gemalau suara yang kacaumajas personifikasi Menjadikarang di bawahmukasamudramajas personifikasi Aku melihat sarjana – sarjana menganggur, berpeluh di jalan rayamajas hiperbola Aku melihat wanita bunting, antri uang pensiunanmajas hiperbola 5 bait 64 baris Menggunakkan bentuk tipografi umum DAFTAR PUSTAKA . SajakSebatangLisong . 2009 .Tanggal 7Agustus
\n makna puisi sajak sebatang lisong
SAJAKSEBATANG LISONG cukong mengangkang. Kalimat diatas memiliki makna sebuah tindakan tidak menyenagkan dan semena-mena yang 22.kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asing. Memiliki makna untuk tidak mengimpor barang dari luar. Disini 4. persamaan bunyi diawal. Perwajahan yang
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Minggu pagi baca-baca puisi karya penyair hebat sekelas Rendra sangat menarik dan terasa masih cukup relevan dengan keadaan sekarang. Misalnya ada kalimat "dua tiga cukong mengangkang" sy jd teringat Anggodo vs KPK........ Puisi ini ditulis tahun 1977, seperti kata orang bijak belajar dari masa lalu untuk masa depan lebih baik, semoga bermanfaat............... Sajak Sebatang Lisong – Rendra Menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya, mendengar 130 juta rakyat, dan di langit dua tiga cukong mengangkang, berak di atas kepala mereka Matahari terbit. Fajar tiba. Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan. Aku bertanya, tetapi pertanyaan-pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet, dan papantulis-papantulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan. Delapan juta kanak-kanak menghadapi satu jalan panjang, tanpa pilihan, tanpa pepohonan, tanpa dangau persinggahan, tanpa ada bayangan ujungnya. ………………… Menghisap udara yang disemprot deodorant, aku melihat sarjana-sarjana menganggur berpeluh di jalan raya; aku melihat wanita bunting antri uang pensiun. Dan di langit; para tekhnokrat berkata bahwa bangsa kita adalah malas, bahwa bangsa mesti dibangun; mesti di-up-grade disesuaikan dengan teknologi yang diimpor Gunung-gunung menjulang. Langit pesta warna di dalam senjakala Dan aku melihat protes-protes yang terpendam, terhimpit di bawah tilam. Aku bertanya, tetapi pertanyaanku membentur jidat penyair-penyair salon, yang bersajak tentang anggur dan rembulan, sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan termangu-mangu di kaki dewi kesenian. Bunga-bunga bangsa tahun depan berkunang-kunang pandang matanya, di bawah iklan berlampu neon, Berjuta-juta harapan ibu dan bapak menjadi gemalau suara yang kacau, menjadi karang di bawah muka samodra. ……………… Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing. Diktat-diktat hanya boleh memberi metode, tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan. Kita mesti keluar ke jalan raya, keluar ke desa-desa, mencatat sendiri semua gejala, dan menghayati persoalan yang nyata. Inilah sajakku Pamplet masa darurat. Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan. 19 Agustus 1977 ITB Bandung Potret Pembangunan dalam Puisi Lihat Puisi Selengkapnya
  1. Чу хօцуւθ αмችհուλ
  2. Токевра ጰаዎሿրըфի аруփаλωф
  3. Θբα γ βеրωдի
PotretPembangunan dalam Puisi. SAJAK SEBATANG LISONG. Oleh : W.S. Rendra. Menghisap sebatang lisong. melihat Indonesia Raya, mendengar 130 juta rakyat, dan di langit. dua tiga cukong mengangkang, berak di atas kepala mereka. Matahari terbit. Fajar tiba. Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak. tanpa pendidikan. Aku bertanya, tetapi pertanyaan
- Dalam menjalani kegemarannya di bidang sastra, Rendra tidak hanya sekali atau dua kali menyusun puisi. Banyak karyanya yang hingga saat ini masih terus dihayati dan dihargai masyarakat Indonesia. Salah satunya, puisi Rendra yang bertemakan kritik beberapa puisi Rendra yang menyajikan kritik sosial, ditampilkan dalam buku "Potret Pembangunan dalam Puisi". Secara garis besar, isi "Potret Pembangunan dalam Puisi" mengisahkan tentang situasi politik dan ekonomi di Indonesia, beserta kritik moralnya. Potret Pembangunan dalam Puisi Dilansir dari skripsi Analisis Puisi Potret Pembangunan Karya Rendra 2013 oleh Nurdin, pada masanya, Rendra menggunakan puisi sebagai alat untuk menyuarakan pendapatnya. Baca juga Makna Puisi Burung Hitam Karya Rendra Lewat "Potret Pembangunan dalam Puisi", Rendra ingin menggambarkan situasi politik dan sosial di Indonesia kala Zathu Restie dan Muhammad Singgih dalam jurnal Analisis Kritik Sosial dalam Antologi Puisi Potret Pembangunan Karya WS Rendra 2021, beberapa judul sajak yang termuat dalam buku Potret Pembangunan dalam Puisi adalah Sajak Orang-orang Miskin Sajak Joki Tobing untuk Widuri Sajak Seonggok Jagung Sajak Sebatang Lisong. Keempat sajak tersebut menggambarkan dengan jelas bagaimana kehidupan sosial dan politik masyarakat saat itu. Ditandai dengan adanya kesenjangan antara si kaya dan miskin, serta kehidupan sosial kelompok masyarakat waktu itu. Dikutip dari buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh 2013 karya Jamal D. Rahman, buku "Potret Pembangunan dalam Puisi" memiliki judul asli "Pamflet Penyair". Buku tersebut pertama kali diterbitkan di Belanda dalam dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan Belanda yang diterjemahkan oleh Hans Teeuw. Baca juga Makna Puisi Sajak Sebatang Lisong Karya Rendra Selanjutnya buku "Potret Pembangunan dalam Puisi" juga diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, Jepang, dan Inggris. Apabila disimpulkan, isi "Potret Pembangunan dalam Puisi" adalah karya Rendra yang berusaha menyuarakan aspirasi dan kritik sosialnya terhadap pemerintahan. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
\n makna puisi sajak sebatang lisong
WSRendra (Foto: SP) "Sajak Sebatang Lisong" WS Rendra-Agustus 1978 Menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya menden Kumpulan Puisi Pendek Karya Denmas Priyadi MENYIMAK SAJAK PUISI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO. Oleh: Slamet Priyadi tanpa makna, hanya basa-basi Asalkan saja rasa senanglah di hati. Pangarakan, Bogor.
Oleh Abdul Rahmat, Guru SDN 011 Balikpapan Tengah, Balikpapan, Kalimantan Timur - Puisi merupakan salah satu bentuk dari karya sastra yang memakai rangkaian kata bermakna dan indah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Dalam pengertian sekarang, puisi biasanya menjadi bentuk ekspresi dan ungkapan hati dari si penulis yang ditulisnya secara bebas, tetapi tetap mengandung ciri yang khas. Pada umumnya, puisi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu puisi lama dan puisi baru. Berikut penjelasannya Puisi lama Pada puisi lama terdapat ciri-ciri yang harus dipenuhi, di antaranya Pada setiap bait terkait oleh banyak baris. Dalam tiap baris terkait oleh banyak kata atau suku kata. Terdapat rima atau sajak. Rima dapat diartikan sebagai pengulangan bunyi, baik di dalam baris ataupun di akhir baris puisi yang berdekatan. Mengandung irama atau ritme atau alunan bunyi. Baca juga Makna Puisi Sajak Sebatang Lisong Karya Rendra Contohnya Ke Balikpapan bersama Caca Kota indah juga berseriAyo galakan budaya membacaMenuju sekolah cinta literasi Pada contoh di atas, terdapat empat baris dalam satu bait. Setiap baris terdiri dari empat kata. Bersajak a-b-a-b. Ritme atau rima akan nampak pada saat kita membacanya. Jenis-jenis puisi lama Yang termasuk jenis-jenis puisi lama adalah Mantra, yaitu rangkaian kata yang memiliki unsur puisi dari rima dan iramanya, dan biasanya dianggap mengandung kekuatan gaib atau doa. Nazam, yaitu puisi yang berasal dari Parsi, terdiri dari dua belas baris, ada rima dua-dua atau empat-empat, isinya tentang hamba sahaya istana yang setia dan budiman. Bidal, adalah peribahasa atau pepatah yang isinya merupakan nasihat, sindiran, peringatan, dan sebagainya. Gazal ialah puisi dari Persia, biasanya terdiri dari delapan baris, setiap bait berisi perihal asmara atau cinta serta pada tiap baris berakhiran kata yang sama. Karmina atau pantun kilat, yaitu pantun yang terdiri dari dua baris. Gurindam, yaitu puisi dua baris yang mengandung petuah atau nasihat. Syair, adalah salah satu jenis puisi lama yang pada setiap baitnya terdiri dari empat baris atau larik yang berakhiran bunyi yang sama. Pantun, termasuk bentuk puisi Indonesia/Melayu, pada setiap bait pada umumnya terdapat empat baris yang bersajak a-b-a-b atau a-a-a-a. Setiap baris terdiri atas empat kata, baris pertama dan kedua disebut sampiran, dan baris ketiga dan keempat disebut dengan isi. Seloka, adalah jenis puisi yang memuat ajaran berupa sindiran dan sebagainya. Biasanya terdiri atas 4 larik yang bersajak a-a-a-a, mengandung sampiran dan isi. Talibun adalah salah satu bentuk puisi lama dalam kesusastraan masyarakat Indonesia atau Melayu yang jumlah barisnya lebih dari 4. Talibun memiliki baris antara 16-20, serta mempunyai persamaan bunyi pada akhir baris. Baris pada Talibun ada juga yang mirip seperti pantun, dengan jumlah baris genap, seperti 6, 8, atau 12. Baca juga Musikalisasi Puisi Pengertian, Unsur, Bentuk dan Langkahnya Puisi baru Puisi baru umumnya tidak terikat pada aturan tertentu seperti puisi lama. Namun, tetap memiliki ciri khas pada setiap karya sastra tersebut. Puisi baru juga lebih menekankan pada isi atau makna daripada struktur atau bentuknya.
.

makna puisi sajak sebatang lisong